Minggu, 18 November 2012

KEBUDAYAAN PROVINSI BALI


KEBUDAYAAN PROVINSI BALI

Provinsi bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu aset devisa negara Indonesia  yang cukup tinggi di bidang pariwisatanya. Ibukota Provinsi Bali adalah Denpasar.
Provinsi bali sendiri tidak hanya terdiri dari pulau (dewata) Bali saja, namun juga terdiri dari banyak pulau yang lain, contohnya pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan lain – lain.
Provinsi Bali secara astronomis terletak di 8° LS dan 115° BT. Daerah ini masih memiliki iklim tropis seperti Provinsi lainnya di Indonesia.
Secara geografis provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur, dan Selat Bali di sebelah barat, Laut Bali di sebelah utara, samudera hindia di sebelah selatan, dan Selat Lombok di sebelah timur.
Penduduk Bali terdiri dari dua, yaitu penduduk asli Bali atau disebut juga Bali Aga (baca :bali age) dan penduduk bali keturunan Majapahit. Sedangkan kebudayaan Bali memiliki kebudayaan yang khas karena secara belum terpengaruhi oleh budaya lain.

        I.            Agama

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJmnktLZd3xM01Rm5K7jJAGaMYtXGnlwn92VmmQpiA6DXrUevYxxLN69k8WYeUhfdIFz4tO5NC7bd2QGEq2_tRC_GxWL03amBgVHIGemOUeIDRw-G4m6NkhYgN55BsOXfknPO7SIDLbwQB/s320/ibadah+bali.jpg

Penduduk Bali Asli dulunya merupakan penganut kepercayaan yang percaya kepada alam, namun setelah melalui proses adaptasi dari Penduduk keturunan Majapahit, umumnya penduduk bali beragama Hindu, walaupun sekarang ini sudah banyak juga penduduk Bali yang beragama lain. Kepercayaan Hindu di Bali sedikit berbeda dengan kepercayaan Hindu yang berasala dari kerajaan Majapahit yang mulanya berawal dari India, karena kebudayaan Bali telah melalui proses adaptasi dari dua macam penduduk tersebut.
Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindu yang memiliki kerangka dasar meliputi tiga hal yaitu Tatwa (filsafat), Tata Susila dan Upacara. Agama Hindu berdasarkan pada kitab suci Wedha, yang keseluruhannya dihimpun dalam empat Samhita, yaitu Reg Wedha Samhita, Sama Wedha Samhita, Yayur Wedha Samhita dan Atharwa Wedha Samhita. Pada hakikatnya ajaran agama Hindu adalah Panca Cradha yang artinya lima keyakinan, yaitu Widi Cradha adalah keyakinan terhadap Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa, Atma Cradha adalah keyakinan akan adanya atman atau jiwa pada setiap makhluk, Karma Phala Cradha adalah keyakinan terhadap hukum perbuatan, Punarbhawa Cradha adalah keyakinan terhadap adanya reinkarnasi atau kelahiran kembali setelah kematian, Moksa Cradha adalah keyakinan terhadap moksa yaitu kebahagiaan yang kekal abadi.
Untuk melakukan sembahyang atau pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi termasuk manifestasinya harus di tempat suci yaitu Pura. Menurut fungsinya Pura digolongkan atas dua jenis yaitu Pura Umum sebagai tempat suci pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi dan Genealogis yaitu tempat suci untuk pemujaan terhadap roh leluhur. Upacara atau persembahan kepada Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa disebut Yadnya. Secara keseluruhan di Bali ada lima macam upacara yang disebut Panca Yadnya yaitu Dewa Yadnya adalah persembahan kepada Sang Hyang Widhi termasuk manifestasinya, Rsi Yadnya adalah kebaktian kepada para Rsi dan Sulinggih, Manusia Yadnya adalah upacara daur kehidupan manusia mulai dari dalam kandungan, kelahiran, masa anak-anak, masa dewasa, hingga meninggal, dan Pitra Yadnya adalah persembahan kepada para leluhur, serta Butha Yadnya yaitu korban yang ditujukan kepada kekuatan-kekuatan yang berfungsi memelihara keseimbangan alam.
      II.            MASYARAKAT
Penduduk bali, memiliki rukun warga yang disebut Banjar yang memiliki kepala Banjar dengan sebutan Kelihan.
Masyarakat Bali yang pada umumnya beragama Hindu, memiliki beberapa adat istiadat yang khas setiap tahunnya. Seperti kebiasaan Nyepi yang diadakan tiap Tahun baru Saka.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDyxwGOsFFNXXQm8G815qO_KjGEyJPM6s5hJszoiny51aGt7v6tErE1FGKXFY8m4-JPSh1TnrnMCtG44kWE-x30h6O81mJ2nSUKAD1wGPNzsXkYozdcf8fPQSavUE3aishar-1UPLsO9bW/s1600/nyepi1_dar.JPG
Pada hari tersebut, tiap – tiap orang wajib untuk tidak meninggalkan rumah, beraktifitas, dan tidak boleh menyalakan perangkat elektronik lainnya.
Jika hal tersebut tidak ditaati, maka ada polisi adat yang bertugas mengurus hal – hal tersebut yang disebut pecalang.

Penduduk bali juga umumnya masih menggunakan sistem kasta dalam upacara – upacara adat, atau keagamaan. Dimulai dari yang paling tinggi, Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra.

v  Pola Kehidupan

Pola kehidupan masyarakat umat Hindu di Bali sangat terikat pada segi-segi kehidupannya yaitu diwajibkan melakukan pemujaan atau sembahyang pada pura tertentu, diwajibkan pada satu tempat tinggal bersama dalam komunitas, dalam kepemilikan tanah pertanian diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam status sosial berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip patrilineal, diwajibkan menjadi anggota terhadap sekeha tertentu, dan diwajibkan dalam satu kesatuan administrasi desa dinas tertentu.

v  Pola Pemukiman

Struktur pemukiman masyarakat Bali dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu pemukiman pola kosentris seperti pada masyarakat Bali yang tinggal di pegunungan dan pemukiman pola menyebar seperti pada masyarakat Bali yang berada di dataran rendah. Pada pola kosentris Desa Adat menjadi titik sentral. Sedangkan pada pola menyebar, desa terbagi-bagi ke dalam satu kesatuan wilayah yang lebih kecil yang disebut Banjar.
Bangunan pada pemukiman masyarakat Bali menurut fungsinya dibedakan atas tiga jenis yaitu bangunan tempat pemujaan (pura), bangunan umum, dan bangunan tempat tinggal yang terdiri dari berbagai bentuk bangunan sesuai dengan pola tempat tinggal orang Bali yang bersifat majemuk. Sistem budaya yang menata pemukiman di Bali berlandaskan pada konsepsi Tri Hita Karana yang juga diacu pada konsepsi dualistis, yaitu konsepsi akan adanya dua kategori dalam tata arah utara-selatan (kaja-kelod) yang berkaitan dengan hulu-hilir (luan-teben) dan sakral-profan (suci-cemer). Segala sesuatu yang bernilai suci atau sakral menempati letak di bagian hulu (luan) yaitu pada arah gunung atau matahari terbit. Letak pura arah sembahyang yang bernilai suci harus terletak pada posisi hulu (luan). Sebaliknya segala sesuatu yang dianggap tidak suci atau profan harus menempati posisi hilir (teben) yaitu pada arah kelod atau ke laut, seperti letak kuburan, kandang ternak, kamar kecil, dan tempat pembuangan sampah.

v  Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga kemasyarakatan pada masyarakat Bali adalah bersifat tradisional, yaitu Desa, Banjar, Subak dan Sekeha. Bentuk lembaga masyarakat tradisional yang berdasarkan satu kesatuan wilayah disebut Desa. Konsep Desa memiliki pengertian pada Desa Adat dan Desa Dinas. Desa Adat merupakan satu kesatuan masyarakat hubungan adat di daerah Bali yang mempunyai kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga, yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan tersendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Landasan dasar dari Desa Adat harus berlandaskan pada konsepsi Tri Hita Karana. (Tri Hita Karana yaitu suatu konsepsi yang mengintegrasikan secara selaras tiga komponen penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang diyakini oleh setiap orang Bali. Ketiga komponen tersebut adalah Parhyangan atau Tuhan yang memberi perlindungan bagi kehidupan, Palemahan yaitu seluruh wilayah dari lembaga tersebut, dan Pawongan yaitu sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga yang bersangkutan). Sedangkan Desa Dinas adalah satu kesatuan wilayah administratif di bawah wilayah Kecamatan.
Menurut strukturnya, Desa Adat diklasifikasikan pada dua pola yaitu Desa Adat yang memiliki pola sentralisasi dan Desa Adat yang memiliki pola desentralisasi. Pada pola pertama posisi dan fungsi Desa Adat sangat sentral, sedangkan pada pola kedua Desa Adat terbagi-bagi ke dalam beberapa kesatuan wilayah di bawah desa (sub desa) yang disebut Banjar. Banjar selain berfungsi secara administratif, juga berfungsi secara religius dan menangani fungsi-fungsi yang bersifat sosial, ekonomi, dan kultural. Pada umumnya di dalam satu Banjar memiliki rata-rata anggota 50 sampai 100 kepala keluarga. Setiap Banjar memiliki tempat atau pusat pertemuan yang disebut Balai Banjar.
Subak adalah salah satu bentuk lembaga kemasyarakatan pada masyarakat Bali yang bersifat tradisional dan yang dibentuk secara turun temurun oleh masyarakat umat Hindu Bali. Subak berfungsi sebagai satu kesatuan dari para pemilik sawah atau penggarap sawah yang menerima air irigasi dari satu sumber air atau bendungan tertentu. Subak merupakan satu kesatuan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Pada umumnya tugas setiap warga subak adalah untuk mengatur pembagian air, memelihara dan memperbaiki sarana irigasi, melakukan kegiatan pemberantasan hama, melakukan inovasi pertanian dan mengkonsepsikan serta mengaktifkan kegiatan upacara. Karena subak memiliki struktur yang berlandaskan konsepsi Tri Hita Karana, maka setiap subak di Bali harus memiliki pura pemujaan.
Sekeha merupakan lembaga sukarela yang dibentuk atas dasar tujuan-tujuan tertentu. Di pulau dewata ini terdapat bermacam-macam sekeha di bidang kehidupan pertanian, kerajinan, kesenian, keagamaan, dan lain-lain.

    III.            bahasa

Bahasa bali terdiri dari 3 bahasa , yaitu bahasa bali alus (utama), bahasa bali madya, bahasa bali kasar(nista).
Contoh dari bahasa bali dari “makan” untuk ketiga bahasa tersebut dimulai dari yang paling halus adalah Ngiunan, Ngajeng, Medar.
Tentu saja ketiga bahasa tersebut merupakan faktor penting pembeda antara satu kasta dengan yang lainnya.
Karena, bahasa alus (utama) biasanya dipakai oleh kaum Brahmana, bahasa madya dipakai oleh Ksatria dan Waisya, dan bahasa bali kasar umum Bahasa Bali yang sekarang sebenarnya adalah merupakan bahasa campuran di antara Bahasa Bali-Kuna dengan Bahasa Jawa-Kuna, Sanskerta, Belanda, Inggris, Tionghoa, Arab, Portugis, Tamil dan bahasa-bahasa asing lainnya. Yang banyak di antaranya mempengaruhi ialah Bahasa Jawa Kuna dan Sanskerta. Dengan mengingat banyaknya kata-kata atau istilah-istilah yang diambil untuk memperkaya Bahasa Indonesia, maka secara langsung maupun tidak langsung Bahasa Bali juga turut menyumbangkan istilah-istilah terhadap bahasa kesatuan kita, yaitu Bahasa Indonesia. Lebih lanjut kalau kita ingin mengetahui fungsi Bahasa Daerah Bali, jelas kita lihat pada rencana Pendidikan (kurikulum) Bahasa Bali, hasil kerja panitia Penyusun Kurikulum tanggal 9 s/d 12 Desember 1970 di Bedugul, yang di antaranya dinyatakan, bahwa:
1.      Bahasa Bali adalah bahasa ibu sebagai media untuk membentuk manusia Pancasila.
2.      Bahasa Bali adalah sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan masyarakat Bali.
3.      Bahasa Bali sebagai pendukung agama dan kebudayaan daerah Bali.
4.      Bahasa Bali sebagai salah satu Bahasa Daerah yang memberikan pupuk pembinaan yang penting bagi kemajuan Bahasa Indonesia.
Dengan demikian jelaslah, bahwa Bahasa Daerah Bali masih perlu dibina, dipupuk dan dikembangkan, lebih-lebih kalau mengingat jumlah lontar-lontar yang kita warisi cukup bermutu tinggi baik berupa puisi maupun prosa. Oleh karena itulah Pemerintah Daerah Bali masih tetap berusaha ,untuk membina terus perkembangan Bahasa Bali, dengan harapan sekurang-kurangnya kita masih dapat menyelami isi lontar-lontar yang telah ada.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bahasa Bali adalah cara membaca. Untuk bahasa Bali, jika terdapat huruf “a” di akhir kata maka akan dibaca “e” seperti membaca “tante”. Sedang bila sebuah kata diakhiri dengan huruf “e” maka akan dibaca “e” seperti membaca “bule”. Jadi jangan heran ketika banyak nama orang Bali yang berakhiran “a” tetapi dibaca “e”. Seperti nama saya “wira” tetapi di Bali lebih sering dipanggil “wire”, dan sewaktu kuliah di surabaya malah dipanggil “wiro”.
Berikut ini beberapa kata dan kalimat yang sering digunakan dalam bahasa Bali sehari-hari, ingat “a” di akhir kata dibaca “e”, jadi bahasa Bali anda akan terlihat lebih natural.
lakar kija? = mau kemana?
punapi gatra? = apa kabar?
adan tiang Wira = nama saya Wira
buin mani = besok
dija? = dimana?
matur suksma = terima kasih
melali = jalan-jalan
sampun = sudah
jani = sekarang
jam kuda = jam berapa
sampun ngajeng? = sudah makan?



   IV.            kebudayaan & Kesenian
Kesenian tradisional bali salah satu contohnya adalah tari pendet, tari barong dan rangda, tari kecak.
 Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu.  Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ), yang sering ditentukan oleh faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi riil di lapangan ( patra ). Konsep desa, kala, dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dan mengadopsi pengaruh kebudayaan luar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa komunikasi dan interaksi antara kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India (Hindu), Cina, dan Barat khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan kreatifitas baru dalam seni rupa maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni lukis, seni rupa dan seni pertunjukkan banyak dipengaruhi oleh budaya India. Demikian pula budaya Cina dan Barat/Eropa memberi nuansa batu pada produk seni di Bali. Proses akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan adaptif khususnya dalam kesenian sehingga tetap mampu bertahan dan tidak kehilangan jati diri (Mantra 1996).
Kebudayaan Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan ), hubungan sesama manusia ( pawongan ), dan hubungan manusia dengan lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud.
Selain nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga dikenal adanya konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu. Menurut orang Bali masa lalu ( athita ), masa kini ( anaghata ) dan masa yang akan datang ( warthamana ) merupakan suatu rangkaian waktu yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa yang akan datang. Dalam ajaran hukum karma phala disebutkan tentang sebab-akibat dari suatu perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. Demikian pula seBaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau tidak baik bagi yang bersangkutan.
Kebudayaan Bali juga memiliki identitas yang jelas yaitu budaya ekspresif yang termanifestasi secara konfiguratif yang emncakup nilai-nilai dasar yang dominan sepert: nilai religius, nilai estetika, nilai solidaritas, nilai harmoni, dan nilai keseimbangan (Geriya 2000: 129). Kelima nilai dasar tersebut ditengarai mampu bertahan dan berlanjut menghadapi berbagai tantangan.


Adat dan kebudayaan di Bali sangat erat kaitannya dengan agama dan kehidupan religius masyarakatnya. Adat dan kebudayaan tersebut memiliki akar sejarah yang sangat panjang sehingga mencerminkan konfigurasi yang ekspresif dengan dominannya nilai religius dari agama Hindu. Kongifurasi tersebut meliputi agama, pola kehidupan, pola pemukiman, lembaga kemasyarakatan, dan kesenian pada masyarakat Bali. Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsur yang tampak digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga terlihat seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali. Atas dasar fungsinya yang demikian maka kesenian merupakan satu fokus kebudayaan Bali. Daerah Bali sangat kaya dalam bidang kesenian, seluruh cabang kesenian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya yang meliputi seni rupa, seni pertunjukan dan seni suara.
Seni rupa mencakup satu cabang yang terdiri dari seni pahat, seni lukis dan seni hias. Seni pahat pada masyarakat Bali telah mengalami suatu perkembangan yang panjang yaitu patung-patung yang bercorak megalitik yang berasal dari jaman pra Hindu yang dipandang sebagai penghubung manusia dengan nenek moyang dan kekuatan alam, arca dewa-dewa yang dianggap sebagai media manusia dengan dewa-dewa dan jenis ini merupakan pengaruh Hindu-Budha, patung-patung yang bertemakan tokoh-tokoh dari cerita Mahabharata dan Ramayana, bentuk-bentuk relief yang dipahatkan pada tembok pintu dan tiang rumah, serta patung-patung yang berbentuk naturalis.
Begitu pula halnya dengan seni lukis di Bali yang telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Dimulai dengan lukisan-lukisan yang bersifat simbolis magis seperti rerajahan, lukisan-lukisan religius seperti lukisan parba, langit-langit dan ider-ider, serta lukisan-lukisan yang bersifat naturalis.
Untuk seni tari tradisional di Bali berdasarkan fungsinya digolongkan dalam tiga jenis yaitu Tari Wali (Tari Sakral) merupakan tarian keagamaan yang dianggap keramat, Tari Bebali merupakan tarian yang berfungsi sebagai pengiring upacara, dan Tari Balih-Balihan merupakan tarian yang berfungsi sebagai hiburan. Jenis tarian sacral atau yang dianggap keramat antara lain : Tari Sanghyang Dedari, Tari Rejang Sutri, Tari Pendet, Tari Baris Gede, Tumbak, Baris Jangkang, Baris Palung, Pusi, Seraman, Tekok Jago, Topeng Pajangan, Wayang Lemah, Wayang Sudamala, Tari Abuang, Tari Bruntuk, Tari Dakamalon, Tari Ngayab, dan Tari Kincang-Kincung. Alat pakaian atau gander yang digunakan oleh masyarakat akan disucikan atau disakralkan.
Kesenian sastra di Bali merupakan hasil warisan budaya yang luhur dan merupakan referensi serta sumber dari bentuk-bentuk lainnya. Sejak jaman dahulu masyarakat Bali telah mengenal tulisan atau aksara Bali. Secara keseluruhan seni sastra di Bali telah mengalami lima jaman yaitu kesusastraan Bali Purba, kesusastraan Bali Hindu, kesusastraan Bali Jawa, kesusastraan Bali Baru, dan kesusastraan Bali Moderen.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6fe6wDzv0JDehyphenhyphenRdSqDV6BSQcl8fDgICw_Umrfw85xNhSdIfqbqqATrrCEbW-yWhMnC3f1MrxlqCtX_dqFuQClzcBpCn1rSjBIYeynhJLKOX-SE97L4XdeavbjLBrDwZx5vu7M6YQlvhb/s200/46229438kecak_dance_bali.jpg
Tari kecak

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJrlXDDaLjN1bjILFLdjCoMV3XWPmHz6RKf557nVchc-LX4LYe5z1JqPwvFdqlQb726aJbMkJaKwMcpzUcEw0qAUxeuGvDQZucXvPq_nKmGzU-5JpPlaZ4Z52_7Y3Zsz1dQGnqzMdoznfh/s200/tari-barong.jpg
Barong



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizWQMUm2qYYYOetcKUXA07gG4JPRkZVPx58M1IBTHss7lRWkC4m2xQGVq5e_tyYqaGhmRaKCgCL1uIlwaSFbjsNVnNDY7x6edrlfhWCI3s-CxT3-2knxICzLj9mQcAYRLt0FFJS4NmDO_-/s200/20091122Tari+Pendet+journalight.wordpress.com.+jpg.jpg
Tari Pendet


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEI58KMOYl5_8RQRflOZZDN8ZhtGDScpXVLQ0WJf4CxNE3PIBt9MPc5vwWN2aC_SUSF_R6llAhJhFT3RdnqsFLF4hgg1qzz3dkl9L-SCyYWJiJWdLijMcaJ3mwiK0bCSe57pN2JL3XTNnI/s200/Kecak-dance.jpg
Tari Kecak








     V.            Makanan khas
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6WbIoLsVeB6b7NDawHDeFFyKwLgXqhzJyerKCspOxESWVwQORdFe_PmBiFAqGaPIcDnIXswyodqoUF6A8WSvPe41VrmwW4tx2ELmGGuDtY9pAJeotc-Q_94veL4rLGFJSDPl1mR3wMeyB/s1600/lawar.jpg
v  Makanan khas dari bali yang paling terkenal adalah lawar bali. Yaitu merupakan daging mentah, darah mentah, kelapa parut , yang biasa kita jumpai di Jakarta sebagai Urap. Tetapi kalau urap adalah sayur – sayuran, kalau lawar adalah daging. Lebih enak jika  diberikan sambal.

v  http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTlr43I2wYTfx3uU-EX8iW23tyAY27gvo1DJ1SawN4SvYYwHxptFASATE LANGUAN 
Sate Languan Sate ini terbuat dari ikan laut, kelapa muda, bumbu dan gula. Sate ini merupakan makanan khas kabupaten Klungkung, namun penyebarannya hampir di seluruh Bali. Sate ini digunakan sebagai hidangan dan sajian pada upacara keagamaan.

v  SATE LEMBAT 
Sate Lembat Sate lembat adalah sate yang dibuat dari daging yang ditumbuk halus, dicampur kelapa parut dan bumbu. Daging yang digunakan bisa daging babi, daging ayam, daging itik dan daging penyu. Sate ini digunakan untuk upacara keagamaan.
v  NASI KUNING BALI
Nasi kuning Bali agak berbeda dari nasi kuning pada umumnya, terutama dari bumbu yangdipergunakan dan cara pengolahannya. Nasi kuning ini biasanya dibuat pada hari Raya Kuningan, yaitu hari raya umat Hindhu di Bali setiap 210 hari sekali.
v  MINUMAN CENDOL 
Cendol adalah sejenis minuman yang dibuat dari campuran tepung beras dan tepung tapioka serta ditambah dengan santan dan gula merah. Cendol ini dibuat sebagai hidangan dan kadang-kadang ditambahkan es pada saat meminumnya.
v  NASI YASA
Nasi Yasa adalah makanan pokok (nasi kuning) yang dicampur dengan daging ayam, lalapan, telur dan saur. Biasanya nasi Yasa ini dibuat untuk upacara keagamaan seperti hari raya Saraswati, Çiwalatri dan juga untuk dihaturkan kepada leluhur.
v  LEMPET (PEPES IKAN TONGKOL) 
Lempet adalah sejenis lauk pauk yang dibuat dari ikan laut jenis ikan languan atau ikan tongkol, ditambah bumbu, dikemas dengan daun pisang dan dipanggang di atas bara api tempurung kelapa. Lempet ini secara umum disebut dengan pesan (pepes). 

v  MINUMAN BREM (MENGANDUNG ALKOHOL)
Brem adalah salah satu jenis minuman khas daerah bali yang dibuat dari beras ketan atau beras ketan hitam atau campuran kedua jenis beras ketan tersebut yang difermentasikan dengan ragi tape. Secara tradisional terutama di tingkat rumah tangga.

v  ANEKA SAMBAL BALI
Sambal Bali Sambal merupakan makanan dengan rasa pedas sebagai pelengkap dalam masakan Bali. Sedikit orangBali yang makan nasi tanpa dilengkapi dengan sambal, yang juga digunakan dalam mempersiapkan berbagai hidangan berupa daging dan sayur.




   VI.            Hari Besar Umat Hindu Bali

v  Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi dirayakan setiap tahun Baru Caka (pergantian tahun Caka). Yaitu pada hari Tilem Kesanga (IX) yang merupakan hari pesucian Dewa-Dewa yang berada di pusat samudera yang membawa inti sarining air hidup (Tirtha Amertha Kamandalu). Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap Dewa-Dewa tersebut.


Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon kehadapan Tuhan Yang Mahaesa, untuk menyucikan Bhuwana Alit (alam manusia) dan Bhuwana Agung (alam semesta). Rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi adalah sebagai berikut :

1. Tawur (Pecaruan), Pengrupukan, dan Melasti.

Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "panglong ping 14 sasih kesanga" umat Hindu melaksanakan upacara Butha Yadnya di perempatan jalan dan lingkungan rumah masing-masing, dengan mengambil salahg satu dari jenis-jenis "Caru" menurut kemampuannya. Bhuta Yadnya itu masing-masing bernama; Panca Sata (kecil), Panca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar).

Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisudha Bhuta Kala, dan segala 'leteh' (kotor), semoga sirna semuanya.

Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari; nasi manca warna (lima warna) berjumlah 9 tanding/paket, lauk pauknya ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Bhuta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Bhuta Raja, Bhuta Kala dan Bhatara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.

Setalah mecaru dilanjutkan dengan upacara pengerupukan, yaitu : menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesui, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.

Khusus di Bali, pada pengrupukan ini biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Bhuta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Bhuta Kala dari lingkungan sekitar.

Selanjutnya dilakukan Melasti yaitu menghanyutkan segala leteh (kotor) ke laut, serta menyucikan "pretima". DIlakukan di laut, karena laut (segara) dianggap sebagai sumber Tirtha Amertha (Dewa Ruci, dan Pemuteran Mandaragiri). Selambat-lambatnya pada Tilem sore, pelelastian sudah selesai.

2. Nyepi

Keesoka harinya, yaitu pada "panglong ping 15" (Tilem Kesanga), tibalah Hari Raya Nyepi. Pada hari ini dilakukan puasa/peberatan Nyepi yang disebut Catur Beratha Penyepian dan terdiri dari; amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Beratha ini dilakukan sejak sebelum matahari terbit.

Menurut umat Hindu, segala hal yang bersifat peralihan, selalu didahului dengan perlambang gelap. Misalnya seorang bayi yang akan beralih menjadi anak-anak (1 oton/6 bulan), lambang ini diwujudkan dengan 'matekep guwungan' (ditutup sangkat ayam). Wanita yang beralih dari masa kanak-kanak ke dewasa (Ngeraja Sewala), upacaranya didahului dengan ngekep (dipingit).

Demikianlah untuk masa baru, ditempuh secara baru lahir, yaitu benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam caka/tahun barupun, dasar ini dipergunakan, sehingga ada masa amati geni.

Yang lebih penting dari dari pada perlambang-perlambang lahir itu (amati geni), sesuai dengan Lontar Sundari Gama adalah memutihbersihkan hati sanubari, dan itu merupakan keharusan bagi umat Hindu.

Tiap orang berilmu (sang wruhing tatwa dnjana) melaksanakan; Bharata (pengekangan hawa nafsu), yoga ( menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadhi (menunggal kepada Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi), yang bertujuan kesucian lahir bathin).

Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu, sehingga akan mempunyai kesiapan bathin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan di tahun yang baru. Kebiasaan merayakan Hari Raya dengan berfoya-foya, berjudi, mabuk-mabukan adalah sesuatu kebiasaan yang keliru dan mesti dirubah.

3. Ngembak Geni (Ngembak Api)

Terakhir dari perayaan Hari Raya Nyepi adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada tangal ping pisan (1) sasih kedasa (X). Pada hari Inilah tahun baru Caka tersebut dimulai. Umat Hindu bersilahturahmi dengan keluarga besar dan tetangga, saling maaf memaafkan (ksama), satu sama lain.

Dengan suasana baru, kehidupan baru akan dimulai dengan hati putih bersih. Jadi kalau tahun masehi berakhir tiap tanggal 31 Desember dan tahun barunya dimulai 1 Januari, maka tahun Caka berakhir pada panglong ping limolas (15) sasih kedasa (X), dan tahun barunya dimulai tanggal 1 sasih kedasa (X). 

 VII.            OBJEK WISATA

Pulau dewata memiliki reputasi, menjadi salah satu objek wisata menarik di kawasan Asia. Pulau dewata mampu menarik kunjungan wisatawan domestik, maupun manca negara, sebesar satu juta dalam setahun.Tentunya ini akan banyak membantu dalam peningkatan pendapatan devisa negara. Berkembanya pariwisata di pulau dewata membuat semakin banyaknya investasi dalam industri pariwisata, seperti industri perhotelan, industri kerajinan dan masih banyak yang lain. Semua industri pariwisata tersebut, menawarkan kenyamanan, jasa ataupun produk untuk para wisatawan. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali memiliki beberapa objek wisata yang bisa menjadi pilihan liburan. Berikut adalah salah satu contoh objek wisata dibali :
- Kintamani
Kintamani, yang terletak di kabupaten Bangli, menawarkan pemandangan danau yang indah sambil menikmati hidangan makan siang. Nikmati keindahan gunung dan danau Batur yang mengeluarkan asap yang memperindah suasana.
- Pantai Dreamland
Pantai Dreamland di kawasan Ungasan, Pecatu terkenal akan pantainya yang indah dan ombaknya yang menantang. Bagi penggila olahraga surfing, tempat ini merupakan favorit.
- Jalan celuk Karangasem - Singaraja
Dalam perjalanan dari kabupaten Karangasem menuju Buleleng melalui Jalan Celuk, kita dapat menyaksikan keindahan alam berupa pemandangan bebatuan hasil letusan gunung tertinggi di Bali, gunung Agung.
- Pasar Seni Sukawati
Dari dulu hingga sekarang, pasar seni Sukawati telah menjadi pilihan favorit tempat belanja bagi wisatawan yang sedang liburan di pulau Bali.
- Ubud
Mau tahu pusat seni di Bali dan tempat dimana bisa menemukan kehidupan orang Bali yang sesungguhnya? Ubud adalah jawabannya. Ubud, yang terletak di kabupaten Gianyar, sejak dulu dikenal sebagai kampung seni...selanjutnya
- Uluwatu
Uluwatu yang terletak di ujung selatan pulau Bali menampilkan keindahan pura Uluwatu yang berdiri kokoh di ujung tebing menghadap ke samudra hindi.
- Bedugul
Kawasan wisata Bedugul menawarkan beberapa object wisata yang bisa dikunjungi diantaranya Kebun Raya Bedugul yang menawarkan wisata alam.
- Nusa Dua - Tanjung Benoa
Kawasan wisata Nusa Dua terkenal akan BTDC (Bali tourism Development Center) dan Tanjung Benoa terkenal sebagai pusat olahraga air di Bali.
Objek Pariwisata
Objek Pariwisata
Bali GWK 300x199 Tempat Wisata Di Bali
Seminyak Bali 300x191 Tempat Wisata Di Bali
Pantai Legian Bali 300x225 Tempat Wisata Di Bali
Jimbaran Seafood Cafe 300x199 Tempat Wisata Di Bali
Pantai Dreamland Bali 300x155 Tempat Wisata Di Bali
paragliding Bali 300x200 Tempat Wisata Di Bali
Pantai Kuta Bali 300x224 Tempat Wisata Di Bali
nusa dua bali 300x224 Tempat Wisata Di Bali
sunrise sanur 300x199 Tempat Wisata Di Bali
New Kuta Green Park 300x225 Tempat Wisata Di Bali
Tempat Wisata Di Bali Untuk Anak 300x196 Tempat Wisata Di Bali
 Tempat Wisata Di Bali
wisata ubud bali 300x200 Tempat Wisata Di Bali
Tenganan Tempat Wisata Di Bali
Kerta Gosa1 Tempat Wisata Di Bali
Bali Marine and Safari Park Tempat Wisata Di Bali
pantai lovina 300x181 Tempat Wisata Di Bali
bedugul Tempat Wisata Di Bali
tanah lot Tempat Wisata Di Bali
kintamani 300x200 Tempat Wisata Di Bali
Tampak Siring1 300x199 Tempat Wisata Di Bali
Bali Bird Park 300x225 Tempat Wisata Di Bali
Danau Bedugul 300x200 Tempat Wisata Di Bali
Batik Galuh 300x199 Tempat Wisata Di Bali
perak celuk 300x300 Tempat Wisata Di Bali
Goa Lawah 300x200 Tempat Wisata Di Bali
Pura Taman Ayun 300x198 Tempat Wisata Di Bali
Pura Uluwatu 300x231 Tempat Wisata Di Bali
Goa Gajah1 Tempat Wisata Di Bali
Joger Bali1 Tempat Wisata Di Bali
Pura Besakih1 Tempat Wisata Di Bali
Jatiluwih Bali Tempat Wisata Di Bali

EMALIA VIVIANA

1ID03/32412481


Sumber : www.google.com. Mengambil dari website dan beberapa blog, maaf tidak di coppy alamat sumbernya.